BAB II AGREGAT
2.1. PENDAHULUAN
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahanpengisi dalam campuran beton atau mortar. Agregat menempati sebanyak kurang
lebih 70 % dari volume beton atau mortar. Oleh karena itu sifat-sifat agregat
sangat mempengaruhi sifat-sifat beton yang dihasilkan.
2.2. KLASIFIKASI AGREGAT
Berdasarkan asalnya, agregat digolongkan menjadi :a. Agregat alam
Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau penghancurannya.
Jenis batuan yang baik digunakan untuk agregat harus keras, kompak, kekal
dan tidak pipih. Agregat alam terdiri dari : (1) kerikil dan pasir alam, agregat
yang berasal dari penghancuran oleh alam dari batuan induknya. Biasanya
ditemukan di sekitar sungai atau di daratan. Agregat beton alami berasal dari
pelapukan atau disintegrasi dari batuan besar, baik dari batuan beku, sedimen
maupun metamorf. Bentukya bulat tetapi biasanya banyak tercampur dengan
kotoran dan tanah liat. Oleh karena itu jika digunakan untuk beton harus
dilakukan pencucian terlebih dahulu. (2) Agregat batu pecah, yaitu agregat
yang terbuat dari batu alam yang dipecah dengan ukuran tertentu.
b. Agregat Buatan
Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) karena
kekurangan agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat ringan.
Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze yang berasal dari limbah
pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar (leca
= Lightweight Expanded Clay Agregate), cook breeze berasal dari limbah sisa
pembakaran arang, hydite berasal dari tanah liat (shale) yang dibakar pada
tungku putar, lelite terbuat dari batu metamorphore atau shale yang mengandung karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada tungku vertical pada
suhu tinggi.
Berdasarkan berat jenisnya, agregat digolongkan menjadi :
a. Agregat berat :
agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8.
Biasanya digunakan untuk beton yang terkena sinar radiasi sinar X.
Contoh agregat berat : Magnetit, butiran besi
b. Agregat Normal :
agregat yang mempunyai berat jenis 2,50 – 2,70.Beton
dengan agregat normal akan memiliki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat
tekan 15 MPa – 40 MPa. Agregat normal terdiri dari : kerikil, pasir, batu
pecah (berasal dari alam), klingker, terak dapur tinggi (agregat buatan).
c. Agregat ringan :
agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,0.
Biasanya digunakan untuk membuat beton ringan. Terdiri dari : batu
apung, asbes, berbagai serat alam (alam), terak dapur tinggi dg gelembung
udara, perlit yang dikembangkan dengan pembakaran, lempung bekah, dll
(buatan).
Berdasarkan Ukuran Butirannya :
- Batu → agregat yang mempunyai besar butiran > 40 mm
- Kerikil → agregat yang mempunyai besar butiran 4,8 mm – 40 mm
- Pasir → agregat yang mempunyai besar butiran 0,15 mm – 4,8 mm
- Debu (silt) → agregat yang mempunyai besar butiran < 0,15 mm
Fungsi agregat di dalam beton adalah untuk :
- Menghemat penggunaan semen Portland
- Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton
- Mengurangi penyusustan pada beton
- Menghasilkan beton yang padat bila gradasinya baik.
2.3.PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN AGREGAT
Teknik penambangan agregat disesuaikan dengan jenis endapan, produksiyang diinginkan dan rencana pemanfaatannya
a. Endapan agregat kuarter/resen
Pada jenis endapan ini, tanah penutup belum terbentuk. Endapan didapatkan di
sepanjang alur sungai. Keadaan endapannya masih lepas sehingga teknik
penambangan permukaan dapat dilakukan dengan alat sederhana seperti sekop
dan cangkul. Hasil yg diperoleh diangkut dengan truk untuk dipasarkan.
Teknik penambangan ini menghasilkan produksi agregat yang sangat terbatas.
Apabila diinginkan produksi dalam jumlah banyak, maka
penggalian/pengambilan dilakukan dengan showel dan backhoe. Pemilahan
besar butir (untuk memisahkan ukuran pasir dan kerikil) dilakukan secara
semi mekanis dengan saringan pasir. Hasil yang sudah dipisahkan kemudian
diangkut dengan truk ungkit dengan showel ke tempat penimbunan di luar alur
sungai. Teknik penambangan ini dapat dijumpai di sepanjang Sungai Boyong
Gunung Merapi dan Sungai Cikunir Gunung Galunggung.
b. Endapan agregat yang telah membentuk formasi
Tipe endapan ini telah tertutup oleh tanah/soil. Pekerjaan awal dilakukan
dengan land clearing/pembersihan tanah penutup. Endapan agregat jenis ini
biasanya sudah agak keras dan tercampur dengan lumpur/lempung dan zat-zat
organic lain. Untuk mendapatkan agregat yang bersih dari lempung dan zat
organic, system penambangan dilakukan dengan cara menggunakan pompa
tekan/pompa semprot bertekanan tinggi dan dilakukan pencucian.Model
penambangan seperti ini dilakukan di daerah desa Lebak Mekar, kab. Cirebon
dan di lereng G. Muria Kab. Kudus.
c. Produksi Agregat Dari Batu Pecah
Agregat batu pecah diproduksi dari bongkahan-bongkahan batuan hasil
peledakan (biasanya batuan andesit dan basalt), kemudian dipecah lagi dengan
palu atau alat mekanis (breaker/crusher) untuk disesuaikan ukurannya dengan
kebutuhan konsumen. Secara umum, kegiatan pembuatan agregat batu pecah
terdiri dari peremukan, pengayakan dan pengangkutan.
Hasil dari pengolahan ini berupa batu pecah dengan ukuran ≤ 10 mm, 10 – 20
mm, 20 – 30 mm, 30 – 50 mm, 50 – 75 mm
2.4.PENIMBUNAN DAN PENYIMPANAN AGREGAT
Penimbunan agregat di lapangan, harus diberi alas agar tidak bercampurdengan tanah dan Lumpur. Di atasnya ditutup dengan terpal agar terhindar
dari hujan, karena agregat yang terlalu basah akan sulit untuk menentukan
kadar air semennya pada waktu membuat adukan.
Penimbunan pasir harus lebih tinggi dari permukaan tanah agar terhindar dari
aliran air ketika hujan.
Penumpukan pasir hendaknya sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan agar
lebih mudah mengambilnya.
2.5. SIFAT – SIFAT FISIK DAN PENGUJIAN AGREGAT
Sifat – sifat agregat yang mempengaruhi mutu beton terdiri dari :a. Bentuk butiran dan keadaan permukaan
Butiran agregat biasanya berbentuk bulat ( agregat yg berasal dari
sungai/pantai), tidak beraturan, bersudut tajam dengan permukaan kasar, ada
yg berbentuk pipih dan lonjong.
Bentuk butiran berpengaruh pada :
* luas permukaan agregat
* Jumlah air pengaduk pada beton
* Kestabilan/ketahanan (durabilitas) pada beton
* Kelecakan (workability)
* Kekuatan beton
Keadaan permukaan agregat berpengaruh pada daya ikat antara agregat
dengan semen.
Permukaan kasar → ikatannya kuat
Permukaan licin → ikatannya lemah
b. Kekuatan Agregat
o Kekuatan Agregat adalah Kemampuan agregat untuk menahan beban dari
luar
o Kemampuan agregat meliputi : kekuatan tarik, tekan, lentur, geser dan
elastisitas. Yang paling dominant dan diperhatikan adalah kekuatan tekan
dan elastisitas.
o Kekuatan dan elastisitas agregat dipengaruhi oleh :
- jenis batuannya
- susunan mineral agregat
- struktur/kristal butiran
- porositas
- ikatan antar butiran
o Pengujian kekuatan agregat meliputi :
- Pengujian kuat tekan
- Pengujian kekerasan agregat dengan goresan batang tembaga
atau bejana Rudellof
- Pengujian keausan dengan mesin aus LOS ANGELES.
c. Berat jenis agregat
Berat jenis adalah perbandingan berat suatu benda dengan berat air murni pada
volume yang sama pada suhu tertentu
Berat jenis agregat tergantung oleh : jenis batuan, susunan mineral agregat,
struktur butiran dan porositas batuan.
Berat jenis agregat ada 3, yaitu : (1) berat jenis SSD, yaitu berat jenis agregat
dalam kondisi jenuh kering permukaan, (2) Berat jenis semu, berat jenis
agregat yang memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan
volume agregat dalam keadaan kering, (3) Berat Jenis Bulk, berat jenis
agregat yang memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan
seluruh volume agregat.
![]() |
King |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar